Senin, 16 Januari 2012

PERBAIKAN LINGKUNGAN FISIK KERJA PADA PT. INDOMAJU TEXTINDO


BAB I
PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang
Sebuah sistem kerja pada dasarnya terdiri dari empat komponen utama yaitu manusia, bahan baku, mesin dan peralatan kerja serta lingkungan kerja. Keempat komponen tersebut saling berinteraksi dan saling mempengaruhi dalam menghasilkan sebuah produk. Saat bekerja, seseorang akan berada dalam lingkungan fisik kerja tersebut dalam waktu tertentu. Sehingga diperlukan suatu kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang baik. Kondisi lingkungan fisik kerja yang tidak nyaman akan membuat seorang pekerja mengeluarkan tenaga lebih untuk beradaptasi, sehingga konsentrasinya akan terbelah antara pekerjaan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini akan lebih mempercepat terjadinya stress pada pekerja. Maka dari pada itu, merupakan suatu hal yang penting untuk mempertimbangkan seluruh aspek lingkungan fisik kerja pada saat proses perancangan stasiun kerja. Lingkungan kerja merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kinerja seseorang, lingkungan yang sesuai dapat memberikan kesan nyaman dan berfungsi sebagai sarana yang harus diperhatikan terhadap efektifitas dan efisiensi kerja (Hammer,1989).
            Pada suatu penyesuaian kerja pada manusia terdapat dua hal penting dimana ergonomilah yang memegang peranan penting didalam hubungan tersebut. Pertama adalah display dan kedua adalah kontrol, untuk mendesain dua hal tersebut, kita harus memahami beberapa yang menyangkut dengan indera manusia seperti penglihatan, pendengaran dan lingkungan fisik kerja seperti suara, pencahayaan, suhu ataupun temperatur (Manuaba,2000).
Tinggi rendahnya produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh semangat dan faktor kenyamanan kerja yang mana hal itu juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan kerja. Ketidaknyamanan saat bekerja merupakan kondisi yang sangat tidak baik bagi tenaga kerja dalam beraktivitas, karena pekerja akan melakukan aktivitasnya yang kurang optimal dan akan menyebabkan lingkungan kerja yang tidak bersemangat dan membosankan, sebaliknya apabila kenyamanan kerja tercipta saat pekerja melakukan aktivitasnya maka pekerja akan melakukan aktivitasnya dengan optimal, dikarenakan kondisi lingkungan pekerjaan yang sangat baik dan mendukung (Pheasant, 1993).
PT. Indomaju Textindo adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri manufaktur yang produk utamanya adalah karung plastik yang terletak di daerah Getas, Kudus.  Hasil  pembuatan proses karung plastik  berupa karung plastik polos maupun karung plastik yang sudah di printing dengan berbagai spesifikasi ukuran. Perusahaan ini selalu mengutamakan kualitas untuk memenuhi kepuasan dan permintaan pelanggan. Untuk menghasilkan produk yang berkualitas maka kegiatan produksi harus dilakukan secara efektif dan efisien sehingga produktivitas dapat meningkat. Dengan keadaan tersebut lingkungan fisik kerja di sekitar para pekerja haruslah diperhatikan agar mampu bekerja secara optimal. Penulis beranggapan jika perusahaan terlalu fokus pada hasil produksi saja, maka aspek lingkungan dan kesejahteraaan pekerja kurang diperhatikan. Pengukuran lingkungan fisik kerja dilakukan dengan harapan jika hasil penelitian dapat diterapkan di perusahaan, maka target perusahaan dapat tercapai dan faktor keselamatan dan kesejahteraan pekerja tetap terjamin.

1.2              Perumusan Masalah
Analisa lingkungan fisik kerja di PT. Indomaju Textindo yang diteliti adalah pengukuran terhadap kondisi lingkungan fisik perusahaan pada lantai produksi yang meliputi temperatur, kebisingan, dan pencahayaan.

1.3              Tujuan Pemecahan Masalah
Tujuan dari pemecahan masalah dalam laporan kerja praktek ini adalah :
1.      Menganalisis Lingkungan Fisik kerja yang baik bagi operator PT. Indomaju Textindo
2.      Memberikan solusi terhadap permasalahan terkait Lingkungan Fisik Kerja
3.      Mengetahui resiko yang disebabkan faktor lingkungan fisik.



1.4              Batasan Masalah
Untuk dapat lebih memfokuskan dalam penelitian dan analisa yang dilakukan, maka penulis membatasi lingkup laporan ini sebagai berikut :
1.      Parameter Lingkungan Fisik PT. Indomaju Textindo yang diukur adalah faktor pencahayaan, kebisingan, dan temperatur..
2.      Parameter Lingkungan Fisik diukur dengan metode observasi langsung dan pengukuran langsung di tempat dengan menggunakan alat Luxmeter, Sound Level Meter, dan termometer.
3.      Analisa yang dilakukan berupa analisa deskriptif beserta alternatif solusi untuk meningkatkan efisiensi kerja operator pada semua lini produksi PT. Indomaju Textindo

1.5              Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan laporan ini ada dua macam, yaitu :
1.      Studi Pustaka
Studi Pustaka dilakukan dengan mecari bahan – bahan serta pemecahan masalah dari literature – literature yang berkaitan dengan Lingkungan Kerja Fisik.
2.      Observasi Awal
Melakukan pengukuran secara langsung kondisi lingkungan fisik di lantai produksi kemudian melakukan wawancara dengan beberapa pekerja.

1.6              Sistematika Penulisan
Dalam pembuatan laporan ini digunakan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I             PENDAHULUAN
     Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan, pembatasan masalah, pengumpulan data dan sistematika penulisan.
BAB II            DASAR TEORI
     Berisi tentang landasan teori mengenai Lingkungan Fisik kerja dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

BAB III          TINJAUAN SISTEM
Berisi uraian singkat tentang sejarah perusahaan, jumlah pekerja, struktur Organisasi, dan proses produksinya.yang dimiliki PT. Indomaju Textindo
BAB IV          PEMBAHASAN
     Berisikan metodologi, Pengumpulan data, pengolahan data, analisa dan usulan perbaikan dari hasil analisa
BAB V            PENUTUP
     Pada bab ini berisikan kesimpulan dari penelitian dan saran-saran yang diperlukan dalam permasalahan yang diteliti..






















DASAR TEORI

Manusia sebagai salah satu komponen terpenting dalam suatu produksi mempunyai kelemahan-kelemahan yang sudah ada dalam diri manusia tersebut seperti lalai dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa hampir 90% penyebab kecelakaan kerja terjadi akibat adanya human error. Human error adalah setiap tindakan seseorang yang tidak konsisten dengan pola yang telah ditetapkan atau menyimpang dari prosedur yang ada. (Hammer,1989).
            Maka dari itu, Human Engineering berusaha untuk memperoleh efektivitas yang maksimum dalam operasi manusia dan mesin dengan mengintegrasikan kemampuan terbaik dari masing-masing. Human Engineering berhubungan dengan desain dari perakatan kerja yang dapat dioperasikan secara mudah dan cepat dalam kondisi tekanan yang minimum baik secara fisik maupun mental.
            Ergonomi adalah ilmu penyesuaian peralatan dan perlengkapan kerja dengan kemampuan essensial manusia untuk memperoleh hasil yang optimum. Ergonomi berasal dari kata Yunani yaitu ergo yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Karena itu disiplin Ergonomi adalah suatu cabang keilmuan yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi, mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem tersebut dengan baik, yaitu untuk mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif dan efisien, aman dan nyaman.
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.
Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya disebabkan oleh adanya ketidak sesuaian antara pekerja dan lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk peralatan kerja. Penerapan ergonomi dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu
  1. Pendekatif kuratif. Pendekatan ini dilakukan pada suatu proses yang sudah atau sedang berlangsung. Kegiatannya berupa intervensi/perbaikan/ modifikasi dari proses yang sedang/sudah berjalan. Sasaran kegiatan ini adalah kondisi kerja dan lingkungan kerja dan dalam pelaksanaannya harus melibatkan pekerja yang terkait dengan proses kerja yang sedang berlangsung.
  2. Pendekatan konseptual. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan sistem dan hal ini akan sangat efektif dan efisien bila dilakukan pada saat perencanaan. Bila berkaitan dengan teknologi, maka sejak proses pemilihan dan alih teknologi, prinsip-prinsip ergonomi sudah seyogyanya dimanfaatkan bersama-sama dengan kajian lain yang juga diperlukan, seperti kajian teknis, ekonomi, sosial budaya, hemat akan energi dan melestarikan lingkungan. Pendekatan holistik ini dikenal dengan pendekatan Teknologi Tepat Guna (Manuaba, 1997). Jika dikaitkan dengan penyediaan lapangan kerja, pendekatan ergonomi secara konseptual dilakukan sejak awal perencanaan dengan mengetahui kemampuan adaptasi pekerja sehingga dalam proses kerja selanjutnya, pekerja berada dalam batas kemampuan yang dimiliki.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa peran Ergonomi dalam lingkungan kerja sangat penting, hal ini dapat mengurangi timbulnya penyakit akibat kecelakaan kerja dan memaksimalkan kemampuan kerja untuk melakukan pekerjaan, sehingga terciptalah peningkatan produktifitas kerja, karena perasaan kelelahan kerja cenderung meningkatkan terjadinya kecelakaan kerja sehingga dapat merugikan tenaga kerja sendiri maupun perusahaan karena adanya penurunan produktivitas kerja.
(Setyawati, 1997)

Produktivitas kerja
Banyak faktor yang dapat menentukan produktivitas tenaga kerja. Beberapa faktor yang sangat penting berperanan diantaranya adalah kualitas fisik dan non fisik tenaga kerja, teknologi dan lingkungan kerja (Grandjean, 1988).
Kualitas fisik pada tenaga kerja adalah sangat tergantung dari kesehatan, gizi, serta kebugaran jasmani. Kualitas non fisik meliputi kemampuan intelegensia, moral, semangat, dan ketahanan mental. Teknologi menyangkut peralatan dan metode kerja atau perlengkapan kerja yang dipergunakan. Sedangkan lingkungan kerja di antaranya meliputi lingkungan biologis maupun lingkungan psikososial termasuk “reward and punishment” di tempat kerja.
Menurut Sedarmayanti (1996) produktivitas adalah sikap mental (attitude of mind) yang mempunyai semangat untuk melakukan peningkatan perbaikan. Secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan terbalik antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Perbandingan tersebut berubah dari waktu ke waktu karena dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, disiplin kerja, ketrampilan, sikap kerja, motivasi, lingkungan kerja, dan lain-lain. Faktorfaktor tersebut di atas besar artinya bagi penciptaan suasana kerja yang ergonomis, untuk menunjang tercapainya efisiensi di dalam proses yang telah memenuhi batasan standard produktivitas.
Produktivitas dikatakan meningkat apabila:
˜          Volume atau kuantitas keluaran bertambah besar, tanpa menambah jumlah masukan.
˜          Volume atau kuantitas keluaran tidak bertambah, akan tetapi masukannya berkurang.
˜          Volume atau kuantitas keluaran bertambah besar sedangkan masukannya berkurang.
˜          Jumlah masukan bertambah, asalkan volume atau kuantitas keluaran bertambah berlipat ganda.
Produktivitas bukan semata-mata ditujukan untuk mendapatkan hasil kerja yang sebanyak-banyaknya, melainkan kualitas kerja juga penting diperhatikan. Produktivitas individu dapat dinilai dari apa yang dilakukan oleh individu tersebut dalam kerjanya, atau produktivitas individu adalah bagaimana seseorang melaksanakan pekerjaannya atau kinerjanya. Pada hakekatnya produktivitas akan banyak ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor teknis dan manusia. Faktor teknis berhubungan dengan pemakaian dan penerapan fasilitas produksi secara lebih baik, penerapan metode kerja yang lebih efektif dan efisien, dan atau penggunaan bahan baku yang lebih ekonomis. Faktor manusia mempunyai pengaruh terhadap usaha-usaha yang dilakukan manusia dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Disini ada dua hal pokok yang menentukan, yaitu kemampuan kerja (ability) pekerja itu sendiri dan motivasi kerja yang merupakan pendorong ke arah kemajuan dan peningkatan prestasi kerja seseorang.
Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan sangat penting untuk diperhatikan manajemen. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksnakan proses  produksi dalam suatu perusahaan, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap para karyawan yang melaksanakan proses produksi tersebut. Lingkungan kerja yang memusatkan bagi karyawannya dapat meningkatkan kinerja. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan kinerja. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan kinerja dan akhirnya menurunkan motivasi kerja karyawan.
Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksnakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman. Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama. Lebih jauh lagi lingkungan-lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rencangan sistem kerja yang efisien.
Lingkungan kerja dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik. Lingkungan kerja fisik adalah semua keadan yang berbentuk fisik yang terdapat disekitar tempat kerja yang mempengaruhi karyawam baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan.
Lingkungan kerja fisik dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu : Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan (Seperti: pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya), dan Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya: temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain. Lingkungan kerja fisik perantara atau lingkungan umum antara lain:

Dalam kerja sehari-hari, berat ringan pekerjaan tidak hanya ditentukan kebutuhan oksigen dan kalori per-menit, tetapi juga ditentukan oleh kondisi lingkungan.Kerja ringan pada kondisi lingkungan yang nyaman akan menjadi berat bila dalam kondisi lingkungan yang panas. Pada kondisi kerja ringan pekerja relatif tidak membutuhkan istirahat, tapi dengan keluaran yang sama pada kondisi lingkungan yang panas, pekerja membutuhkan istirahat yang lebih panjang. Keadaan ini tentu menyebabkan tingkat produktivitas rendah dan akan merugikan industri.
Kondisi normal sistem tubuh manusia akan selalu dipertahankan dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi di luar tubuh. Manusia memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur ruang, jika perubahan temperatur luar tubuh tidak melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin. Iklim dalam ruangan adalah suatu kondisi fisik sekeliling dimana pekerjaan dilakukan. Bila terjadi kekurangan atau kelebihan panas yang membebaninya, tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan.
Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal, dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya, yaitu bahwa tubuh manusia masih  dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika perubahan temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh.
Menurut hasil penelitian, untuk berbagai tingkat temperatur akan memberi pengaruh yang berbeda. Keadaan tersebut tidak mutlak berlaku bagi setiap karyawan karena kemampuan beradaptasi tiap karyawan berbeda, tergantung di daerah bagaimana karyawan dapat hidup.

Pengaruh temperatur ruangan terhadap pekerja dapat dilihat pada Tabel 2.1 :
Tabel 2. 1 Pengaruh Temperatur
Temperatur
Keterangan
+ 49 oC

+ 30 oC


+ 24 oC
+ 10 oC
Dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas kemampuan fisik dan mental.
Timbul kelelahan fisik, cenderung untuk melakukan kesalahan dalam pekerjaan,aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun.
Kondisi optimum
Kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul.

Dari suatu penyelidikan pula dapat diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur disekitar 24°C sampai 27°C.
            Bekerja di ruangan bersuhu tunggi dapat mengakibatkan kelelahan, kram, atau gatal karena panas. Selain menyebabkan ketidaknyamanan, suhu tinggi dan kelembaban
dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang serius jika tidak dilakukan langkah-langkah perlindungan. Kewaspadaan dan kemampuan kerja bisa menurun karena panas. Pekerja yang bekerja di tempat yang terlalu panas akan sering membuat kesalahan dan menyebabkan kecelakan.
Penyebab penyakit yang berhubungan dengan panas :
Ø  panas dan kelembaban karena proses kerja.
Ø  ventilasi yang tidak cukup atau seimbang.
Ø  jumlah pekerja yang terlalu banyak disuatu tempat.
Ø  kerja fisik yang terlalu berat.
Ø  bekerja dengan barang panas terlalu lama.
Ø  kurang minum air atau tidak tersedianya air minum.
Ø  pekerja baru atau yang baru kembali yang tidak punya cukup kesempatan untuk minum.
Ø  pekerja baru atau yang baru kembali yang belum terbiasa dengan lingkungan panas.
Ø  waktu istirahat yang tidak cukup.
            Sebagai pencegahan akibat suhu tinggi yang paling penting adalah aklimatisasi. Pekerjaan yang sangat berat, biarpun unutk mereka yang tubuhnya sesuai unutk pekerjaan demikian, haruslah dihindari bagi mereka yang berkerja di tempat bersuhu tinggi, hal ini terutama perlu dalam minggu-minggu pertama mulai kerja.

#    Kram karena panas
Gejala : otot yang kejang dan sakit
Penyebab : berkeringat terlalu banyak dan minum air terlalu banyak
Penanggulangan : memberi minum dengan elektrolit (garam) seperti gatorade, pocari sweat
#    Kelelahan karena panas
Gejala : lemah-lesu, lelah, kantuk; berkeringat dingin dan pucat; banyak berkeringat; pusing; mual; dan pingsan.
Penyebab : turunnya volume air darah karena dehidrasi (terlalu banyak berkeringan dan tidak cukup minum)
Penanggulangan : jika pekerja sadar, istirahatkan di tempat yang sejuk; beri minum yang mengandung elektrolit; jika pekerja pingsan, segera cari bantuan medis. JANGAN diberi minum jika pekerja pingsan.
#    Stroke karena panas
Gejala : kulit kering dengan bercak merah panas atau tampak kebiru-biruan; kehilangan orientasi (bingung); kejang-kejang; pingsan; suhu tubuh yang cepat naik
Penyebab : tubuh kepanasan karena pekerja tidak dapat berkeringat. Dapat mematikan.
Penanggulangan :cari bantuan medis segera; pindahkan yang bersangkutan ke tempat yang sejuk; copot alat-alat pelindung yang dipakainya; gunakan handuk
basah atau air dan kipas untuk mendinginkannya sambil menunggu paramedis.


1.         Teknik.
Metoda teknik seperti ventilasi, pendingin, kipas dan isolator dapat mengurangi panas berlebih atau mengisolasi pekerja dari sumber panas.
2.         Pakaian pelindung
Pakaian khusus berbahan reflektif atau pakaian pendingin dapat melindungi pekerja dari panas yang berlebihan.
3.         Penjadwalan dan waktu istirahat
Beberapa pekerjaan dapat dijadwalkan untuk dilakukan pada waktu yang lebih sejuk (pagi/sore), atau waktu istirahat yang cukup diberikan agar tubuh sempat membuang panas.
4.         Air
Karena mekanisme “haus” atau keinginan minum tubuh terkadang tidak cukup dirangsang oleh hilangnya cairan tubuh melalui keringat, penting untuk menjadwalkan minum sekitar setengah gelas tiap setengah jam.
5.         Pendidikan
Pekerja harus diajari bagaimana mengenali gejala penyakit yang berhubungan dengan panas dan bagaimana melakukan pertolongan pertama pada kasus tersebut. Mereka harus tahu mengapa penyakit dapat timbul dan bagaimana mencegahnya.
6.         Penyesuaian
Proses ini berarti membiarkan tubuh secara bertahap menyesuaikan diri dengan panas. Proses ini menyebabkan suhu tubuh yang lebih rendah saat bekerja dan istirahat, keringat yang lebih banyak, detak jantung yang lebih lambat dan konsumsi oksigen yang lebih rendah. Karena hasil dari proses ini dapat hilang dengan cepat, pekerja harus mengalaminya lagi jika kembali dari libur yang lebih panjang dari seminggu.
Standard temperature pada area kerja industry sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 berada pada kisaran 18-30 0C, tingkat kelembaban 65-95%, dan mewajibkan perusahaan untuk mengambil langkah-langkah untuk menurunkan suhu di tempat kerja yang masih di atas 30 derajat, dan menggunakan metoda yang direkomendasikan untuk melindungi buruh dari panas.

Bunyi yang tidak memberikan kenikmatan disebut dengan kebisingan. Kemajuan teknologi akan menghasilkan masalah diantara polusi, antara lain kebisingan yaitu bunyi-bunyian yang tidak di kehendaki oleh telinga indera pendengar kita, karena terutama dalam jangka panjang bunyi-bunyian tersebut dapat mengganggu ketenangan kerja, merusak pendengaran dan dapat menimbulkan kesalahan komunikasi. Dengan demikian kebisingan dianggap sebagai polutan yang selalu diprotes karena merupakan salah satu stress dalam industri. Telinga akan mulai biasa menangkap suara bisikan lembut pada frekuensi 1,000 Hz dimana tekanan suaranya sebesar 1 dB (1 dB=0,0002 dyne/cm2) yang disebut dengan ambang pendengaran, dan akan menjadi sakit apabila tekanannya 120 dB dinamakan dengan ambang sakit.
Ada pengaruh kebisingan pada produktivitas khususnya untuk pekerjaan rumit dan memerlukan konsentrasi penuh. Ada tiga aspek yang menentukan kualitas bunyi yang menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu :
a.       Lama waktu bunyi tersebut terdengar.
b.      Intensitas biasanya diukur dengan desibel (dB) yang menunjukkan besarnya arus energi per satuan luas.
c. Frekuensi suara yang menunjukkan jumlah gelombang suara yang sampai ke telinga seseorang setiap detik (jumlah getaran per-detik atau Hertz).
            Bising memiliki karakteristik sebagai berikut :
a.       Bising yang kadangkala dan tak terduga akan lebih mengganggu dari pada bising yang kontinu.
b.      Sumber nada tinggi lebih mengganggu dari pada nada rendah.
c.       Tugas yang menuntut konsentrasi mental terus-menerus akan lebih mudah diganggu bising dari pada tugas lainnya.
d.      Kegiatan yang memerlukan pelatihan lebih mudah terpengaruh bising dari pada pekerjaan rutin.

Tabel berikut akan menunjukkan skala intensitas yang dapat terjadi akibat alat atau keadaan :

Tabel 2. 2 Kondisi Suara dan Batas Tingkat Kebisingan
Kondisi suara
Desibel (dB)
Batas Dengar Tertinggi

120
Halilintar
Menulikan
110
Meriam

100
Mesin uap


Jalan Hiruk Pikuk
Sangat Hiruk Pikuk
90
Perusahaan sangat gaduh

80
Pluit polisi


Kantor gaduh
Kuat
70
Jalan pada umumnya


Radio

60
Perusahaan


Rumah gaduh
Sedang
50
Kantor pada umumnya


Percakapan kuat

40
Radio perlahan


Rumah tenang
Tenang
30
Kantor pribadi

30
Auditorium

20
Percakapan

10
Suara dedaunan
Sangat Tenang

Berbisik-bisik

0
Batas Dengar Terendah

            Efek kebisingan yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang berdasarkan hasil penelitian di Amerika (penelitian NASA 1989) adalah :
a.       Bila intensitas kebisingan terus meningkat, maka peningkatan yang ditimbulkan tersebut dapat mempengaruhi pada perbaikan dalam kinerja. Apabila melebihi intensitas tertentu maka akan menurunkan kinerja.
b.      Kebisingan yang datang tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat menyebabkan sebuah respon mengejutkan yang mengganggu konsentrasi dan performance kerja fisik.
c.       Kebisingan yang terjadi secara periodik maupun terus menerus dapat menggangu dalam pekerjaan rumit.
d.      Efek psikologis antara lain kegelisahan, keadaan tak berdaya dan pengaruh lain yang merugikan kinerja.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya kebisingan merupakan  suara yang mengganggu atau suara yang tidak dikehendaki oleh yang mendengarnya. Bising atau tidaknya suatu suara tidak hanya ditentukan oleh keras atau lemahnya suara itu saja, tetapi juga ditentukan oleh selera atau persepsi seseorang terhadap sumber bunyi tersebut. (Wignjosoebroto, 1995,P.85-86)
Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan :
1.     Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide band noise), misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar, dan lain-lain.
2.     Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (stedy state, Narrow band noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas, dan lain-lain.
3.     Kebisingan terputus-putus (intermittent), misalnya lalu-lintas, suara kapal terbang di lapangan udara.
4.     Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise), seperti pukulan tukul, tembakan bedil atau meriam, ledakan.
5.     Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa perusahaan.
Type-type kebisingan ini memerlukan peralatan khusus. Jika tujuan dari pengukuran kebisingan hanyalah untuk mengendalikan kegaduhan, seperti isolasi mesin atau pemilihan alat proteksi telinga, pengukuran tidak perlu selengakap sebagaimana diperlukan dalam rangka lokalosasi sumber-sumber kebisingan secara tepat dari suatu mesin dengan maksud modifikasi perencanaandan konstrituksi suatu bentuk dengan kebisingan yang kurang.
Kebisingan tingkat tinggi dapat menyebabkan efek jangka pendek dan jangka panjang pada pendengaran. Kebisingan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan :
˜          Hilangnya pendengaran, sementara atau permanen
˜          Pusing
˜          Kantuk
˜          Tekanan darah tinggi
˜          Tegang dan stress, yang diikuti oleh sakit maag, kesulitan tidur, dan sakit jantung
˜          Hilangnya konsentrasi
˜          Alarm atau teriakan peringatan tidak terdengar
Tingkat kerusakan pada telinga dapat diukur dengan tes pendengaran yang disebut “audiogram”. Kehilangan pendengaran pada batas suara percakapan manusia (antara 2000 sampai 4000 Hertz) dapat terjadi secara temporer atau permanen.
Kebisingan dengan intensitas tinggi akan merusak sel rambut di bagian dalam telinga dan mengurangi kemampuan telinga untuk mendengar dan menghantarkan informasi ke otak. Jika sel rambut ini rusak, tidak dapat diperbaiki, sehingga kehilangan pendengaran yang terjadi akan permanen.
Ada dua macam cara untuk mengukur tingkat kebisingan di tempat kerja, yaitu :
  1. Instrumen Pembaca Langsung
Instrument pembaca langsung juga disebut ‘meter tingkat suara’ yang dipakai untuk mengukur tingkat kebisingan pada saat tertentu. Biasanya alat pengukur ini dipakai untuk mengidentifikasi tempat-tempat yang tingkat kebisingannya tampak lebih tinggi dari aturan batas maksimum, yakni 85 dBA.
  1. Dosimeter Personal
Dosimeter adalah alat yag dipakai untuk mengukur tingkat kebisingan yang dialami pekerja selama shiftnya. Alat ini dapat mengukur selama shift 8, 10, 12 jam, atau berapapun lamanya. Dosimeter dipasang pada sabuk pinggag dan sebuah mikrophone kecil dipasang dekat telinga. Dosimeter mengukur jumah bunyi yang didengar pekerja selama shiftnya. Meter tingkat suara dan dosimeter akan memberikan hasil berupa angka
yang dapat dibandingkan dengan aturan batas maksimum (85 dBA untuk shift selama 8 jam, 40 jam per minggu – batasnya akan lebih rendah untuk waktu kerja yang lebih lama). Desibel diukur pada skala khusus, yang disebut skala logaritma, dimana setiap penambahn 3 desibel berarti intessitas suara belipat dua. Berarti, peningkatkan dari 90 dB ke 93 dB berarti suaranya dua kali lebih keras daripada 90 dB, peningkatkan dari 90 dB ke 96 dB berarti suaranya empat kali lebih keras daripada 90 dB. Hal penting untuk diingat adalah peningkatan kecil pada desibel berarti peningkatan besar pada kerasnya suara dan makin parahnya kerusakan yang dapat diakibatkannya pada telinga.
Maksud pengukuran kebisingan adalah :
a.    Memperoleh data kebisingan di perusahaan atau dimana saja
b.    Mengurangi tingkat kebisingan tersebut, sehingga tidak menimbulkan gangguan.

Batas maksimum ini dibuat untuk mencegah hilangnya pendengaran pekerja secara permanen. Caranya dengan membatasi jumlah suara yang didengar pekerja selama shiftnya. Di Indonesia, peraturan untuk batas kebisingan untuk shift selama 8 jam, 40 jam per minggu adalah 85 desibel (Edaran Mentri Tenaga Kerja No.SE.01/MEN/1978). Jika pekerja menghadapi kebisingan lebih dari 85 dBA, waktu kerjanya harus diperpendek. Jika lamanya shift lebih dari 8 jam, maka tingkat kebisingan yang ada harus diturunkan.
Tabel berikut memperlihatkan pengaruh tingkat kebisingan terhadap lamanya shift kerja yang sesuai.
Tabel 2. 3 Tingkat Suara dengan Lamanya Shift
Di Indonesia, perusahaan diminta untuk memonitor semua tempat kerja untuk melihat tingkat kebisingannya (Petunjuk Mentri Tenaga Kerja tentang Keselamatan Kerja, Maret 1984). Setelah itu, perusahaan diminta untuk mengambil langkah-langkah untuk mengurangi tingkat kebisingan hingga dibawah 85 dBA, atau jika tingkat kebisingan tidak dapat dikurangi hingga batas yang ditentukan, perusahaan harus memberikan pelindung telinga bagi pekerjanya.
Di tempat kerja yang tingkat kebisingannya lebih dari 85 dBA, perusahaan diharuskan untuk membuat program “pendengaran untuk percakapan” bagi pekerjanya (Petunjuk Mentri Tenaga Kerja tentang Keselamatan Kerja, Maret 1984). Program ini menjadwalkan tes audiogram untuk pekerja setiap tahunnya untuk melihat apakah terjadi gangguan pendengaran.
Dari hasil penelitian diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah diatas 60 dB. Oleh sebab itu, para karyawan yang bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin di atas 60 dB, maka harus dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat) telinga, guna mencegah gangguan pendengaran. Disamping itu, kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi.
Berikut ini ditampilkan tabel kriteria kebisingan dan jenis pekerjaan serta waktu kerja yang sesuai.
Tabel 2.4 Tingkat Kebisingan
Kriteria
Keterangan
80 - 85   db
Merupakan kebisingan yang normal dan    rentang perkerjaanya dilakukan dalam 8 jam
86 - 94   db
Merupakan kebisingan yang melebihi normal dan rentang perkerjaanya dilakukan antara 1 - 4 jam
95 - 139 db
Merupakan kebisingan yang melebihi normal dan rentang perkerjaanya dilakukan antara 0,11 menit - 30 menit
140 - … db
Merupakan kebisingan yang tidak dapat boleh diterima oleh pendengaran pekerja

Dengan suasana yang bising memaksa pekerja untuk berteriak di dalam berkomunikasi dengan pekerja yang lain. Kadang-kadang teriakan atau pembicaraan yang keras ini dapat menimbulkan salah komunikasi (miss communication) atau salah persepsi terhadap orang lain. Oleh karena sudah biasa berbicara keras di lingkungan kerja yang bising ini, maka kadang-kadang di tengahtengah kalangan keluarga, karena dipersepsikan sebagai marah. Lebih jauh, kebisingan yag terus menerus dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi pekerja, yang akibatnya pekerja cenderung berbuat kesalahan dan akhirnya menurunkan produktivitas kerja. Kebisingan, terutama yang berasal dari alat-alat bantu kerja atau mesin dapat dikendalikan antara lain dengan menempatkan peredam pada sumber getaran, atau memodifikasi mesin untuk mengurangi bising. Penggunaan proteksi dengan sumbatan telinga dapat mengurangi kebisingan sekitar 20-25 dB. Tetapi penggunaan tutup telinga ini pada umumnya tidak disenangi oleh pekerja, karena terasa risi adanya benda asing di telinganya. Untuk itu penyuluhan terhadap mereka agar menyadari pentingnya tutup telinga bagi kesehatannya, dan akhirnya mau memakainya.

Jika tingkat kebisingan diatas 85 dBA untuk shift selama 8 jam, 40 jam per minggu, hukum mengharuskan perusahaan untuk mengurangi tingkat kebisingan yang ada. Untuk mengendalikan tingkat kebisingan ada beberapa cara, yaitu dengan :
a.    Pengendalian teknik di sumber suara adalah cara yang paling efektif untuk mengurangi tingkat kebisingan. Yang harus dikendalikan pertama-tama adalah sumber suara terkeras. Pengendalian teknik yang dilakukan adalah :
  • Mendesain kembali peralatan untuk mengurangi kecepatan atau benturan dari bagian yang bergerak, memasang peredam pada lubang pemasukan dan pembuangan; mengganti perlatan yang lama dengan peralatan baru yang mempunyai desain lebih baik;
  • Merawat peralatan dengan baik, mengganti bagian yang aus dan memberikan pelumas pada semua bagain bergerak;
  • Mengisolasi peralatan dengan menjauhkannya dari pekerja, atau menutupinya;
  • Memasang peredam getaran dengan menggunakan bantalan karet agar bunyi yang ditimbulkan oleh getaran dan bagian logam dapat dikurangi; dengan mengurangi ketinggian dari tempat barang yang jatuh ke bak atau ban berjalan;
  • Bahan penyerap bunyi dapat digantung di tempat kerja untuk menyerap bunyi di tempat tersebut.
b.    Pengendalian administratif untuk mengurangi efek kebisingan adalah dengan menggilir pekerja yang bekerja di tempat dengan kebisingan tinggi dan memberikan pelatihan bagi pekerja tentang bahaya kebisingan dan cara-cara mengurangi efeknya seperti pemakaian pelindung telinga.
c.    Peralatan pelindung untuk mengurangi kebisingan seperti penyumbat telinga dan pelindung telinga. Seperti juga cara lain di metoda jenis ini, efektivitasnya tergantung pada dipakainya peralatan yang tepat untuk tingkat bunyi yang ada, pemakaian dan perawatan peralatan yang baik. Harus diingat bahwa dengan metoda ini, kebisingan tetap ada, dan peralatan peindung, jika dipakai dengan benar, hanya sekedar mengurangi jumlah suara yang masuk ke dalam telinga. Beberapa pengguna peralatan pelindung telinga mengalami infeksi telinga yang cukup serius yang pada akhirnya merusak pendengaran mereka. Jadi pekerja harus melaporkan semua gangguan kesehatan yang timbul karena pemakaian peralatan.
Gambar 2.1 Earmuff

Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat objek-objek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu.Lebih dari itu, penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik, dan keadaan lingkungan yang menyegarkan. Permasalahan penerangan meliputi kemampuan manusia untuk melihat sesuatu, sifat-sifat dari indera penglihatan, usaha-usaha yang dilakukan untuk melihat suatu objek dengan mudah dan cepat, sedangkan lainnya harus dengan berusaha keras, dan yang lain tidak terlihat sama sekali. (Manuaba,A,2000)
Menurut Ching, (1996) ada tiga metode untuk penerangan yaitu :
1.         Penerangan umum atau baur menerangi ruangan secara merata dan umumnya terasa baur.
2.         Penerangan lokal atau penerangan untuk kegunaan khusus, menerangi sebagian ruang dengan sumber cahaya biasanya dipasang dekat dengan permukaan yang diterangi.
3.         Penerangan aksen adalah bentuk dari pencahayaan lokal yang berfungsi menyinari suatu tempat atau aktivitas tertentu atau obyek seni atau koleksi berharga lainnya.
Berdasarkan sumbernya penerangan dibedakan menjadi dua yaitu, penerangan alamiah dan penerangan buatan. Sumber cahaya alamiah pada siang hari adalah matahari dengan cahayanya yang kuat tetapi bervariasi menurut jam, musim dan tempat. Cahaya buatan adalah cahaya yang dihasilkan oleh elemen-elemen buatan, dimana kualitas dan kuantitas cahaya yang dihasilkan berbeda-beda tergantung dari jenisnya.
Dalam hal penerangan sebaiknya lebih mengutamakan penerangan alamiah dengan merencanakan cukup jendela pada bangunan yang ada. Kalau karena alasan teknis penggunaan penerangan alamiah tidak dimungkinkan, barulah penerangan buatan dimanfaatkan dan inipun harus dilakukan dengan tepat. Dalam kaitan ini perlu diingatkan adanya penerangan umum dan penerangan khusus atau setempat
Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat objek-objek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu. Permasalahan penerangan meliputi kemampuan manusia untuk melihat sesuatu, sifat-sifat dari indera penglihatan, usaha-usaha yang dilakukan untuk melihat objek lebih baik dan pengaruh penerangan terhadap lingkungan.
Mata di dalam fungsinya untuk melihat harus tidak dihadapkan pada beban tambahan seperti penerangan obyek yang kurang intensitasnya sesuai dengan keperluan. Oleh karena itu penerangan merupakan faktor lingkungan yang sangat perlu diperhatikan karena banyak pengaruhnya terhadap kelelahan mata dalam bekerja. Penerangan yang baik penting agar pekerjaan dapat dilakukan dengan benar dan dalam situasi yang nyaman  (Manuaba,1998).
Pada pekerjaan yang memerlukan ketelitian tanpa penerangan yang memadai, maka dampaknya akan sangat terasa pada kelelahan mata. Terjadinya kelelahan otot mata dan kelelahan saraf mata sebagai akibat tegangan yang terus menerus pada mata, walaupun tidak menyebabkan kerusakan mata secara permanen, tetapi menambah beban kerja, mempercepat lelah, sering istirahat, kehilangan jam kerjadan mengurangi kepuasan kerja, penurunan mutu produksi, meningkatkan frekuensi kesalahan, mengganggu konsentrasi dan menurunkan produktivitas kerja (Pheasant, 1993).
Dalam ruang lingkup pekerjaan, faktor yang menentukan adalah ukuran objek, derajat kontras diantara objek dan sekelilingnya, luminansi dari lapangan penglihatan, yang tergantung dari penerangan dan pemantulan pada arah si pengamat, serta lamanya melihat.
Faktor ukuran objek, derajat kontras antar objek dengan sekelilingnya serta penerangan adalah faktor-faktor yang saling mengimbangi satu dengan yang lain, misalnya suatu objek dengan kontras kurang, dapat dilihat apabila objek tersebut cukup besar atau bila penerangannya cukup baik. Konsep ini cukup sangat penting pengaruhnya terhadap arti ketajaman penglihatan,, yang diberi pembatasan sebagai harga kebalikan dari ukuran obyek terkecil yang dapat dilihat. Ukuran suatu obyek dinytakan dengan derajat sudut penglihatan, perbatasan sederhana dari sifat terlihat (visibilitas) suatu obyek bagi seseorang adalah perbandingan diantara ukuran obyek dan ukuran obyek terkecil yang dapat dilihat.
. Upaya mata yang melelahkan menjadi sebab kelelahan mental. Gejalanya meliputi sakit kepala, penurunan kemampuan intelektual, daya konsentrasi dan kecepatan berpikir. Lebih dari itu, apabila pekerja mencoba mendekatkan matanya terhadap objek untuk memperbesar ukuran benda, maka akomodasi lebih dipaksa, dan mungkin terjadi penglihatan rangkap atau kabur yang terkadang disertai pula perasaan sakit kepala di daerah atas mata. Intensitas penerangan yang dibutuhkan untuk pekerjaan yang memerlukan sedikit ketelitian adalah 200-250 lux, untuk pekerjaan yang teliti memerlukan 500-700 lux dan pekerjaan menggambar teknik (technical drawing) memerlukan intensitas cahaya 1000-2200 lux. (Grandjean, 1988)
Untuk penceghan kelelahan upaya mata yang berlebihan, perlu diusahakan ;
a.       Perbaikan kontras : cara ini termudah dan tersederhana, serta dilakukan dengan mamilih latar penglihatan dengan tepat. Hanya saja kontras selalau ditentukan oleh sifat-sifat bahan yang tidak dapat dirubah atas permintaan tenaga kesehatan.
b.       Meninggikan penerangan : biasanya penerangan harus sekurang-kurangnya 2 kali dibesarkan. Dalam berbagai hal yang perlu dipakai lampu-lampu di daerah kerja unutk lebih memudahkan penglihatan.
c.       Pemindahan tenaga kerja dengan visus yang stinggi-tingginya. Kerja malam harus dikerjakan oleh tenaga berusia muda, apabila usianya bertambah dapat dipindahkan pada pekerjaan yang membutuhkan ketelitian yang kurang.
Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan seseorang tenaga kerja melihat pekerjaan dengan teliti, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu, serta membantu menciptakan liungkungan kerja yang menyenangkan.
Sifat-sifat dari peneranga yang baik ditentukan oleh
a.       pembagian luminansi dalam lapangan penglihatan
b.      pencegahan kesilauan
c.       arah sinar
d.      warna dan
e.       panas penerangan terhadap keadaan lingkunagn
luminensi lapangan penglihatan yang terbaik adalah dengan kekuatan terbesar di tengah pada daerah kerja dilakukan. Perbandingan terbaik adalah 10 : 3 : 1 dari luminensi pusat, daerah sekitar pusat, dan lingkungan luas sekitarnya. Dalam setiap hal luminensi tidak boleh melebihi perbandingan 40 : 1, naik di lapangan penglihatan maupun terhadap lingkungan luar.
Arah penerangan sangat pentingsumber-sumber cahaya yang cukup jumlahnya santa berguna dalam mengatur penerangan secara baik. Sinar-sinar dari berbagai arah meniadakan gangguan oleh bayangan. Penerangan dengan berabagia lampu ini misalnya sangat tepatpada pekerjaan menggambar di atas permukaan mata. Goresan-goresan yang pada permukaan yang dipoles dapat dilihat dengan sinar satu arah.
Intensitas kesialaun tergantung dari beberapa faktor, yaitu :
1.     Luminensi sumber cahaya, yaitu langit-langit, yang perlu diberi warna muda dan disinari secukupnya.
2.     Ukuran dari sumber cahaya.
3.     Lokasi sumber cahaya pada lapangan penglihatan. Sumber cahaya yang berada di tengah lapangan penglihatan sangat menggangu dibanding dengan yang terdapat dipinggir. (Suma’mur 1995)
Kesilauan dapat ditimbulkan oleh tiga hal, yaitu:
1.       Kesilauan Langsung
Terjadi akibat mata menerima cahaya secara langsung, tempat cahaya terjadi dari penempatan lampu yang tidak tepat.
2.      Kesilauan Tak Langsung
Terjadi akibat cahaya yang dipantulkan oleh bahan atau alat yang mengkilat permukaan.
3.      Kesilauan Kontras
Terjadi akibat intensitas yang dipantulkan pada objek terlalu besar dari intensitas latar belakang. Arah sinar sumber cahaya yang cukup jumlahnya sangat berguna dalam mengatur penerangan secara baik. Sinar-sinar dari berbagai arah akan meniadakan gangguan bayangan. Pada umumnya intensitas penerangan dalam tempat kerja dapat diatur menurut tabel dibawah ini :
Pembagian Jenis pekerjaan dengan tingkat pencahayaan yang sesuai dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut
Tabel 2. 5 Pedoman Intensitas Penerangan
Jenis pekerjaan
Illuminansi
Kasar
100-200 luks
Sedang
200-500 luks
Halus
500-1000 luks
Sangat halus
1000-2000 luks

            Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat objek secara jelas, cepat dan tanpa menimbulkan kesalahan. Kurangnya pencahayaan akan mengakibatkan mata operator/pekerja menjadi cepat lelah karena mata akan berusaha untuk melihat jelas dengan membuka lebar-lebar. Kelelahan mata akan mengakibatkan kelelahan mental dan kerusakan mata. Pencahayaan buatan umumnya menggunakan energi listrik yang disebut juga penerangan listrik. Pencahayaan buatan harus memiliki syarat sebagai berikut :
a.       Penerangan listrik harus sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan oleh tenaga kerja dengan intensitas yang cukup.
b.      Penerangan listrik tidak boleh menimbulkan perubahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja.
c.       Sumber cahaya listrik harus memberikan penerangan dengan intensitas yang tepat, menyebar merata tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayangan yang mengganggu.

Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain: sakit kepala (pusing-pusing), menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan berpikir. Disamping itu, kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk mendekatkan matanya ke objek guna memperbesar ukuran benda. Hal ini akomodasi mata lebih dipkasa, dan mungkin akan terjadi penglihatan rangkap atau lebih kabur. Umtuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1.         Perbaikan kontras, di mana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar belakang objek tersebut. Misalnya: cat tembok di sekeliling tempat kerja harus berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.
2.         Meningkatkan penerangan, sebaiknya dua kali dari penerangan di luar tempat kerja. Di samping itu di bagianbagian tempat kerja perlu ditambah dengan lampu-lampu tersendiri.
3.         Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing tenaga kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur di atas 50 tahun tidak diberikan tugas pada malam hari.
Di samping akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti yang diuraikan di atas, penerangan/pencahayaan baik kurang maupun cukup kadang-kadang juga menimbulkan masalah, apabila pengaturannya kurang baik, yakni “silau”. Silau juga menjadi beban tambahan bagi pekerja, maka harus dilakukan pengaturan atau dicegah. Pencegahan silau dapat dilakukan antara lain:
1.         Pemilihan jenis lampu yang tepat, misalnya neon. Lampu neon kurang menyebabkan silau dibandingkan lampu biasa.
2.         Menempatkan sumber-sumber cahaya untuk penerangan sedemikian rupa sehingga tidak langsung mengenai bidang yang mengkilap.
3.         Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di muka jendela yang langsung memasukkan sinar matahari.
4.         Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap.
5.         Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak terhalang oleh bayangan suatu benda.
Dalam ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi bayangan-bayangan. Penerangan yang silau buruk (kurang maupun yang silau) di lingkungan kerja akan menyebabkan hal-hal sebagai berikut :
a.       Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
b.      Kelemahan mental.
c.       Kerusakan alat penglihatan.
d.      Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
e.       Meningkatnya kecelakaan kerja.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, maka dalam mendirikan bangunan tempat kerja (pabrik, kantor, sekolahan, dan sebagainya) sebaiknya mempertimbangkan ketentuan antara lain sebagai berikut :
1.         Jarak antara gedung atau bangunan-bangunan lain tidak mengganggu masuknya cahaya matahari ke tempat kerja.
2.         Jendela-jendela dan lobang angin untuk masuknya cahaya matahari harus cukup, seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas bangunan.
3.         Apabila cahaya matahari tidak mencukupi ruangan tempat kerja harus diganti dengan penerangan lampu yang cukup.
4.         Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas (tidak melebihi 32˚C).
5.         Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan silau dan bayang-bayang yang mengganggu kerja.
6.         Sumber cahaya harus menghasilkan daya penerangan yang tetap dan menyebar dan tidak berkedip-kedip.































BAB III
TINJAUAN SISTEM

3.1  Deskripsi Sistem Manufaktur
3.1.1     Sejarah Perusahaan
Perusahaan textil PT. Mulyatex / PT Indomaju Textindo Kudus Jawa Tengah merupakan  perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas. Didirkan berdasarkan akte notaris Liem Tiong Kie nomor tertanggal 1 September 1961 di Jakarta.
 Pengesahan perusahaan sebagai badan hukum telah diperoleh dari pemerintah Republik Indonesia, yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI tertanggal 2 Maret 1963, nomor YA.5/16/1963, dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI nomor 46 tertanggal 7 Juni 1963.
PT MULYATEX didirikan Pada pertengahan tahun 1963 diatas tanah seluas 2,2 ha di Jl. Getas Pejaten Kecamatan Jati Kabupaten Kudus Jawa Tengah. Pada tahun pendirian tersebut, perusahaan yang bergerak dibidang industry textile mengawali usahanya dengan mendatangkan mesin tenun sebanyak 100 unit buatan Jepang. Produk utama perusahaan ini berupa kain balco dan mori, yang merupakan bahan setengah jadi untuk memenuhi kebutuhan sandang.
Secara bertahap perusahaan tumbuh dan berkembang dan memerlukan tambahan area menjadi 4 hektar guna pendirian  unit – unit produksi.
Dengan dikeluarkannya UU No 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), pemerintah mengeluarkan berbagai fasilitas untuk industry textil . Dengan adanya regulasi tersebut  PT. Mulyatex memperluas  skala usaha, dan berdasarkan IJIN PERLUASAN  dari Departemen Perindustrian Jwa Tengah nomor 301/5.1.F/Sub.Tek/78 tanggal 11 Oktober 1978 dan Surat Keputusan nomor 2355/5.1.7/Sub.Tek/vii/79 tanggal 10 Agustus 1979  Perusahaan menambah mesin tenun ATM menjadi 500 unit dan kapasitas produksi pada tahun tersebut rata-rata 50.800 yards per hari. Sejak tahun 1970 sampai dengan tahun 1980 secara bertahap perusahaan menambah  mesin , baik mesin tenun /Weaving maupun mesin Finishing   (pemutihan).
Dengan adanya penyempurnaan tatanan management ,Pada tahun 1995 nama perusahaan dirubah dari PT. Mulyatex menjadi PT. Indomaju Textindo sesuai akte no.14 tanggal 27 Juli 1995.
Sampai dengan tahun 1996 mesin yang digunakan untuk berproduksi berjumlah 1038 unit  ATM ( alat tenun mesin ) dengan berkapasitas perbulan hampir mencapai 4 juta meter per kain.
Menyadari  akan lingkungan yang bersih dari pencemaran limbah, pada tahun 1996 kegiatan unit finsishing dihentikan ( unit finishing berpotensi menimbulkan limah cair walaupun sudah dilengkapi water treatment ).
 Tahun 1997 Indonesia mengalami crisis ekonomi, banyak perusahaan yang tidak dapt melangsungkan kegiatan usahanya. Untuk mengantisipasi crisis yang berkepanjangan, pada akhir tahun 1999 Perusahaan mencoba beralih halauan dari industri weaving/kain ke Polypropielen Bag / woven bag (karung plastik).
Dengan beralihnya usaha yang baru tersebut , perusahaan dapat terselamatkan dari dampak crisis, dan terus menampakkan perkembangan yang cukup bagus serta mampu bersaing dengan perusahaan sejenis.

3.1.2     Visi dan Misi Perusahaan
-          Visi PT Indomaju Textindo Kudus
Perusahaan dengan melibatkan seluruh karyawan menempatkan kepuasan Pelanggan  sebagai komitmen utama.  Mewujudkan komitmen tersebut perusahaan selalu menjaga mutu produk yang dihasilkan sebagai alat pemuas kebutuhan konsumen.
 Produk akhir yang berkualitas dapat terwujud bila seluruh komponen dalam organisasi perusahaan dapat melaksanakan tugasnya sebaik mungkin dan dapat bekerja sama sebagai suatu kesatuan tim yang kompak dan dapat diandalkan. Dengan kata lain produk yang bermutu hanya dapat dihasilkan oleh kinerja karyawan yang bermutu .
-          Misi PT. Indomaju Textindo Kudus
Quality Control yang dilakukan pada tahapan  setiap proses produksi diharapkan bisa meminimalkan adanya miss product/ reject.  Check list dilakukan mulai dari bahan baku / PP RESIN ( polypropielen ) sampai  produk akhir  serta delivery yang on time/ tepat waktu.
Lingkungan kerja yang nyaman,  kesejahteraan, pemenuhan hak karyawan dan keluarganya secara normatif  menjadi prioritas utama disamping nilai tambah lainnya yang diberikan kepada karyawan memiliki daya dukung yang kuat untuk  terciptanya hubungan kerja yang kondusif  yang berdampak positif pada mutu kerja dan mutu product yg dihasilkan karyawan.
Produktifitas yang maksimal  merupakan mutual simbiosis (hubungan saling menguntungkan) antara pengusaha dan karyawan dalam suatu organisasi perusahaan untuk terpenuhinya kebutuhan semua pihak menuju kesejahteraan bersama.

3.1.3     Lokasi Perusahaan
PT. Indomaju Textindo Kudus berlokasi di :
Jl. Getas Pejaten No.1 Kudus (59342) Jawa Tengah. Ph (0291) 431907, 432692, 432377,  Fax (0291) 433365  - 432189
-   e-mail : imtcom@indo.net.id  Contact person Bambang S.

3.1.4     Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi perusahaan yang ada di PT. Indomaju Textindo Kudus dapat dikatakan sederhana. Secara operasional Perusahaan dipimpin oleh Factory Manager yang mengkoordinir seluruh kegiatan pabrik, baik dari proses produksi hingga terkirimnya barang kepada Customer dan menyelesaikan/mengatasi apabila terjadi keluhan dari customer/pelanggan.
Dalam menjalankan tugasnya, Factory Manager berkoordinasi dengan Manager Accounting dan Manager Produksi yang masing-masing membawahi sub-sub bagian tertentu dalam manajemen perusahaan. Adapun struktur organisasi PT. Indomaju Textindo Kudus  secara berjenjang adalah sebagai berikut :                 


 Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT Indomaju Textindo Kudus



Departementasi
Untuk melaksanakan tugas pokoknya, PT. Indomaju Textindo Kudus dipimpin oleh Factory Manager dan seorang Accounting Manager yang bertanggung jawab penuh atas keseluruhan perusahaan.
Tugas dan tanggung jawab
-             Factory Manager
Dalam melaksanakan tugasnya, Factory Manager / Manajer Pabrik dibantu oleh manager Produksi, Marketing, Personalia dan Umum. Manager Pabrik bertanggung jawab penuh atas keseluruhan perusahaan.
Adapun tugas pokok manager pabrik yaitu menyelenggarakan pembinaan organisasi, kepegawaian atau personalia serta mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan dibidang perencanaan, teknik produksi dan peralatan teknik.
-             Manager Accounting
Manager Accounting bertugas mengatur  keuangan perusahaan per periode yang ditetapkan, mengurusi pembayaran dan penagihan serta perpajakan.
Manager Accounting ini membawahi pembelian dan pay roll.
-             Manajer produksi
Manajer produksi membawahi Supervisior Teknik, Kepala seksi Produksi dan Kepala Bagian Gudang. Manajer produksi bertugas mengatur dan melaksanakan  kegiatan produksi .
-             Marketing
Marketing dalam perusahaan berfungsi merencanakan strategi penjualan yang efektif dalam penjualan produk hasil produksi. Selain itu, marketing juga sebagai penghubung antara pihak perusahaan dan pihak konsumen dalam hal pemenuhan kebutuhan yang diinginkan pelanggan sehingga harga jual dapat bersaing dan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan.


-             Personalia dan Umum
Personalia berada pada posisi berada di bawah manager pabrik. Personalia dan umum sendiri membawahi satpam, recepsionist, kendaraan dan administrasi. Bagian ini berfungsi antara lain mengurus segala hal yang berhubungan dengan karyawan, melaksanakan pembuatan daftar gaji , upah lembur serta hal-hal yang menyangkut tentang ketentuan ketenagakerjaan secara normatif.Selain itu juga menangani kegiatan organisasi non struktural yang ada didalam perusahaan ( koperasi karyawan, Dana Bhakti kesetiakawanan sosial dll ) serta humas (hubungan masyarakat)
-             Kepala Bagian Gudang
Kepala bagian gudang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Manager Produksi. Kepala bagian gudang bertugas melaksanakan, dan mengawasi kegiatan keluar masuk barang yang berhubungan dalam kegiatan proses produksi.
-             Supervisir Teknik
Supervisior teknik berada dibawah manager produksi. Selain bertanggung jawab kepada manager produksi, secara tidak langsung bagian ini juga diawasi oleh kepala seksi produksi. Berfungsi untuk mengkoordinasi, merencanakan, membina dan  mengendalikan serta mengadakan evaluasi atas kegiatan bagian teknik perusahaan. Supervisior teknik ini membawahi bengkel, listrik dan mekanik.
 Kepala Seksi Produksi
Kepala seksi prodiuksi berada dibawah posisi dari manager produksi. Bagian ini membawahi supervisor produksi Group A, supervisor produksi Group B, supervisor produksi  group C dan Quality Control. Bagian ini mengendalikan kegiatan produksi yang terjadi terutama dalam hubungan dengan Extruder, Circullar, dan Cutting/ Sewing dan printing.
-             Pelaksana/ Karyawan
Tugas pokoknya yaitu melaksanakan semua tahap- tahap proses produksi dari bahan baku menjadi barang jadi yang siap disetorkan kepada pemesan. Karyawan bertanggung jawab pada seluruh bagian / level diatasnya.

3.1.5     Produk yang Dihasilkan
      Jenis produk utama yang dihasilkan oleh PT. Indomaju Textindo Kudus, yaitu karung plastik (Woven Bag) dan kantong kain (Calico Bag).
a.          Karung Plastik (Woven Bag)
Produksi karung plastik ini sebesar 95% dari total produksi perusahaan. Adapun varian produk yang dihasilkan dari produksi karung plastik ini berdasarkan atas ketebalan plastik yang digunakan dan luasan (panjang x lebar). Untuk ketebalan yang digunakan ukuran 650 dinier sampai dengan 1000 dinier sedangkan untuk anyaman digunakan dari ukuran 10 x 10 perinch sampai dengan 14 x 14 perinch.
b.         Kantong kain (Calico Bag)
Produksi karung dengan bahan kain grey sebesar 5 % dari total produksi perusahaan. Adapun ukuran yang diproduksi hanya meliputi ukuran 48 x 80.

3.1.6     Tenaga Kerja
Status tenaga kerja PT Indomaju Textindo Kudus dibagi menjadi 2, yaitu tenaga kerja tetap dan  tenaga kerja kontrak. Saat ini Indomaju Textindo Kudus memiliki karyawan kurang lebih sebanyak 166 orang yang tersebar di berbagai bagian. Dari sejumlah total tersebut, terdiri atas 114 tenaga kerja tetap dan 52 tenaga kerja kontrak. Sedangkan jika berdasarkan jenis kelaminnya, terjadi atas 99 pria dan 67 wanita.

3.1.7     Waktu atau Jam Kerja
Waktu kerja karyawan di PT. Indomaju Textindo Kudus dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu jam kerja shift dan non-shift. Jam kerja dengan sistem shift ini terdiri dari 3 shift dan diberlakukan bagi karyawan produksi. Hal ini dikarenakan PT. Indomaju Textindo Kudus merupakan perusahaan yang beroperasi selama 24 jam penuh (khususnya di bagian produksi)
Karena kegiatan produksi beroperasi 24 jam, maka jam kerja dan waktu kerja dibagi menjadi 3 ( tiga ) shift/regu.
-             Shift  pertama/pagi Jam 06:00 – Jam 14:00

1 komentar:

  1. Harrah's Ak-Chin Hotel & Casino - Mapyro
    Compare Harrah's Ak-Chin Hotel 사천 출장마사지 & Casino locations 군산 출장마사지 and see 고양 출장안마 activity. The casino has 당진 출장안마 1,811 slot machines and 154 table games. 부산광역 출장샵

    BalasHapus